Blogger Jateng

Kurir Ini Kecelakaan Saat Kerja, Tak Dapat BPJS, Kini Dipecat & Harus Pakai Kaki Palsu


 


MEDANDAILYNEWS - Dimas Tri Setyo seorang kurir di perusahaan ekspedisi, menatap kaki palsu yang kini menjadi bagian dari hidup barunya. Usianya baru 37 tahun, namun tubuhnya telah menyimpan luka dalam yang tak hanya bersifat fisik. Ia pernah menjadi kurir tangguh, mengantar paket dari satu titik ke titik lain tanpa mengeluh. Tapi kini, dunia seolah tak lagi mengenalnya.

“Waktu itu saya cuma ingin menyelesaikan pengantaran,” ujarnya pelan, mengenang hari nahas di September 2024. Saat itu, ia mengantar paket ke kawasan Pancurbatu. Seperti hari-hari biasanya, ia mengendarai sepeda motor melintasi jalanan menanjak dan sempit. Namun nasib berkata lain. Di Bintang Meriah, motornya bertabrakan dengan truk. Kaki kirinya hancur digilas ban berat.

Dimas dilarikan ke rumah sakit dalam kondisi kritis. Dokter tak punya pilihan lain, kakinya harus diamputasi hingga betis demi mencegah infeksi menyebar. "Waktu itu saya hanya berpikir, bagaimana saya bisa kerja lagi, bagaimana anak saya makan," ucapnya. Biaya perawatan ditanggung oleh Jasa Raharja dan keluarganya. Namun bukan itu yang paling menyakitkan.

Janji yang Tak Pernah Tiba

Setelah keluar dari rumah sakit, Dimas mencoba bangkit. Ia masih percaya pada perusahaan ekspedisi tempatnya bekerja, tempat ia mengabdi selama bertahun-tahun. Ia percaya pada janji: bahwa ia akan tetap dipekerjakan meski dengan keterbatasan.

Namun kenyataan yang ia temui sungguh pahit. Dimas malah dipecat secara halus, tak lagi diberi tugas, tak dipanggil, dan tak diberi penjelasan. Ia mencoba mencari kejelasan, namun semua pintu seolah tertutup.

Yang lebih ironis, Dimas tidak lagi tercatat sebagai peserta BPJS Ketenagakerjaan, padahal gajinya selalu dipotong untuk itu. Ia baru mengetahui bahwa pada Agustus 2024, perusahaan melakukan peralihan vendor dari PT S*B ke CV Wic*ksana dan memintanya mencairkan saldo BPJS. Hanya beberapa hari setelah pencairan itu, ia mengalami kecelakaan.

“Saya pikir waktu itu wajar, perusahaan yang minta. Tapi ternyata setelah saldo dicairkan, saya tidak lagi terlindungi. Saat kecelakaan terjadi, saya seperti bukan siapa-siapa,” ujar Dimas lirih.

Kaki Palsu dan Kenyataan Pahit

Kini, Dimas hidup dengan kaki palsu dan tanpa pekerjaan. Ia menjadi simbol dari bagaimana pekerja lapangan yang mengalami kecelakaan kerja kerap dilupakan, seolah hanya mesin pengantar yang bisa dibuang saat rusak.

"Saya tidak menuntut belas kasihan, saya hanya ingin diperlakukan dengan adil. Saya bekerja untuk perusahaan, saya terluka saat bekerja. Tapi ketika saya cacat, saya ditinggalkan,” tuturnya.

Dimas kini berharap ada pihak yang peduli. Bahwa negara, melalui instansi tenaga kerja dan BPJS Ketenagakerjaan, tak tinggal diam melihat kasusnya. Ia hanya satu dari banyak pekerja yang mungkin bernasib sama—terluka saat bekerja, lalu dilupakan tanpa tanggung jawab.

Kisah Dimas bukan sekadar cerita duka. Ia cermin dari sistem ketenagakerjaan yang masih jauh dari kata adil, terutama bagi mereka yang bekerja di lapangan dengan risiko tinggi dan perlindungan minim. Hari ini Dimas mungkin duduk di rumah dengan kaki palsu, tapi suara dan perjuangannya seharusnya menjadi alarm bagi semua pihak—bahwa nyawa dan tubuh pekerja tak boleh diperlakukan seperti barang habis pakai.



Posting Komentar untuk "Kurir Ini Kecelakaan Saat Kerja, Tak Dapat BPJS, Kini Dipecat & Harus Pakai Kaki Palsu"